Cerita segelas kopi

Hemmm… puasa-puasa begini malah cerita kopi. Tapi ngak apa-apakan. Toh, ini hanya cerita dan yang diambil adalah intinya, filosofi yang ada di balik cerita ini. Jadi, no problem… puasa tetap semangat….
Sekumpulan remaja sedang berkumpul, asik bercengkrama di teras sebuah rumah. Si bapak yang punya rumah, tertarik dan ikut nimbrung. Beberapa waktu kemudian, dia ke dapur dan membuat beberapa gelas kopi. Dia ambil sebuah teko yang besar, dimasukannya gula dan kopi serta cream, teko pun diisi air panas. Bau khas kopi pun tercium, terbawa angin yang bertiup.
Bapak yang bijaksana ini pun mengambil beberapa gelas. Ada gelas bagus yang terbuat dari kaca, gelas biasa dari seng, serta gelas plastik yang sudah jelek. Perlahan-lahan dia mulai menuang, mengisi gelas tiap gelas dengan kopi.
Dia pun kembali kedepan, bergabung dengan para remaja yang tetap asik mengobrol. “Nih, biar tambah mantep, ada kopi,” kata si Bapak, sembari menyerahkan nampan berisi kopi. “Silakan diambil, jangan malu-malu,” lanjutnya lagi.
Para pemuda pun berebut, dan tentu saja semua berusaha mengambil gelas bagus yang terbuat dari kaca, sehingga yang terlambat kebagian gelas kaleng dan plastik yang jelek.
Si Bapak lalu bertanya. “Bagaimana rasanya, enak!”
Pemuda yang mendapatkan gelas kaca yang bagus, berkata “Luar biasa pak, ini kopi terenak yang pernah saya rasakan,” jawabnya.
Pemuda yang mendapatkan gelas kaleng,”Rasanya biasa saja pak, sama seperti kopi-kopi yang lain,” tegasnya.
Dan tinggal pemuda yang mendapatkan gelas plastik jelek yang belum menjawab. “Lalu menurutmu bagaimana,” tegur si bapak, melihat pemuda itu hanya diam.
“Jawaban yang jujur atau main-main, pak” elak si pemuda. “Ya, terserah kamu. Tapi saya menginginkan jawabnya yang jujur,” tegas si Bapak.
“Jujur sih, kopi ini rasanya tidak enak pak, hanya karena saya menghormati bapak saja, jadi mau meminumnya,” jawab pemuda terakhir.
Hem….. apakah Anda juga sering seperti itu. Padahal, bila kita melihat cerita di atas, kopi yang dibuat si bapak adalah dalam satu tempat yang sama. Lalu, kenapa ketika dimasukan di gelas yang berbeda rasanya jadi berbeda? Sebenarnya yang berbeda bukan pada kopinya, tetapi umumnya kita hanya melihat sesuatu, merasakan sesuatu, menikmati sesuatu dengan melihat wadah atau tempatnya saja, kita melihat cashingnya saja.
Gelas bagaimana pun bentuknya, terbuat dari apapun bahannya, tidak akan mempengaruhi rasa kopi. Kopi ya tetap kopi, dan bagaimana kita bisa menikmati kopi tersebut tidak tergantung pada gelasnya tetapi bagaimana kita bisa menikmatinya. Itulah kehidupan, sering kali kita merasa tidak nyaman, tidak enjoy karena “merasa” salah memakai baju, sering kali merasa prustasi karena “merasa” tidak tepat merias wajah. Hemmm. So, dunia akan indah, dunia akan berwarna, kehidupan akan harmonis bila kita bisa menikmatinya tanpa melihat apa yang terlihat dari luar.
Salam sukses, selamat menjalankan ibadah puasa…. tetaplah semangat… dan bersenang-senang menikmati kehidupan ini.

Tentang quantuminspirasi

Kami adalah sebuah lembaga yang berada di bawah naungan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Badan Pengurus Cabang (BPC) Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Hipmipreneur Camp merupakan wadah diklat atau pelatihan bagi calon-calon anggota HIPMI. Seiring perkembangan waktu, Hipmipreneur camp juga melakukan berbagai kegiatan pelatihan untuk umum, sekolah, perusahaan atau lembaga apa saja yang berkeinginan melakukan kegiatan pelatihan atau outbound untuk karyawannya
Pos ini dipublikasikan di Uncategorized. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar